Thursday 27 February 2014

Spoons process-after bisque firing











I have to post this because some of them are to failed to be true for use...i mean, more than a half from them are failed during glaze firing. Many glaze are so ugly, some of them are just came...into pieces. Sad.

Sisterhood





Iam the eldest from three sisters. I spent my entire childhood palying, laughing, yelling, dancing, and fighting with them. I remember, there was a time we dont always-or must i say-almost always-not agree about everything, everytime. Anyway, sometimes all you need is a moment when your sisters tell you what the reality was, as striking as honesty. And as precious it can be.

Wednesday 26 February 2014

Virage's flower



Another ceramic plate. I made this as a test piece for my works back then. Kinda first timer ki d of things. I draw what came first in my mind. This plate is very very thin. 2012. Glaze and underglaze on earthernware.

Tuesday 25 February 2014

Mermaid Spoon





I handbuilt this spoon from bone china clay, and then drew some cobalt in it. It is so tactile yet functional. Length is 15cm, spoon diameter approx 5cm. One of a kind, made in bandung by me.

Cheers!

Wednesday 5 February 2014

Crafty day #8



Hi guys! We'll be there. Prepare your cash! :D Because there will be a lot of fresh, pretty, tempting handmade goods from local brand. (Not only DERAU) let's go press, rapu by granicia, pillilow, journ_al_ey, trapart, vitarlenology, cemprut, and more!!
See you there! :)

Tuesday 4 February 2014

Late night drawing



My free time now means after Lino is sleeping. Tonight my mood is good. Got this late night drawing vibe..
Good night. Sleep tight.

Sunday 2 February 2014

Four Season Plate









This plate series have 4 colors represent 4 different season. You choose what to when. But in my perspective, the baby blue are summer, sweet cassava are fall, blue cobalt are spring, and winter (off course) are white.
All food grade. High fire. Each diameter approx 15cm. Slip cast stoneware earthernware. Deliberately stressed edge. Made with luv in Bandung, Indonesia.

Home sweet Home



When we are not married yet. 2009. Overglaze on readymade plate.

Saturday 1 February 2014

Traveling Bersama Bayi



Keluar kota untuk liburan bersama bayi memang cukup menantang. Terutama di bagian bawaan. Kebetulan Aku dan Agung sudah mengalami keluar kota bersama Lino dengan mengendarai mobil pribadi, travel, dan pesawat. Semuanya sebelum usia Lino genap 1 tahun.

Awalnya aku mengira tantangan membawa bayi usia dibawah 4 bulan jauh lebih banyak ketimbang bayi berusia lbh tua. Tetapi ternyata pengalamanku membuktikan hal sebaliknya. Bayi yang sudah lepas ASIX jauh jauh jauh lebih ribet karena sudah mengenal MPASI. apalagi jika bayi sudah terbiasa makan makanan bikinan dapur ortu nya seperti bayiku. Dia banyak menolak bubur bayi instan. Jika memang dia terpaksa harus makan, porsinya jauh lebih sedikit ketimbang makan nasi tim.

Nah, disini, Aku mau berbagi ceritaku traveling bersama bayiku, Lino, dari dia berumur 4 bulan. Maaf ya topiknya agak-agak melenceng. Hihi



Barang yang kami bawa saat berpergian biasanya kami prioritaskan barang-barang Lino, seperti:
-baju-baju (bawa cadangan yang banyak, kecuali berniat mencuci)
-bib yang banyak (kalau bisa yg sekali pakai karena lebih praktis dan tidak menimbulkan bau jika harus disimpan terlalu lama di tas)
-handuk kecil, medium, besar (bawa cadangan juga), waslap dan peralatan mandi. Kebetulan dari sebelum Lino lahir
- kaus kaki (sangat berguna jika tempat yang dituju cuacanya sedang tidak menentu), kupluk atau topi, dan jaket.
-obat penurun panas, termometer, mosquito reppelant (anti nyamuk, krn Lino kulitnya sensitif, aku pakai stiker anti nyamuk yg bisa di tempel di baju atau di dekat dia tidur atau main)
-gendongan (aku pikir jauh lebih praktis karena tidak makan tempat dan bisa lebih bebas menjelajah)
-slow cooker atau crockery pot. Selama ini jika berpergian, slow cooker menyelamatkan aku banget! Sebelum tidur, tinggal masukin bahan-bahan makanan yg masih mentah, tancepin ke stop kontak, besok paginya sudah matang dan tinggal di mashed. Slow cooker kami merk nya takahi. Harga sekitar 200 ribu rupiah. Jangan lupa untuk membungkus bagian kaca dan keramiknya dengan kain yang nanti bisa dijadikan lap dapur.
-manual hand blender. Ternyata ada inovasi ini. Bentuknya macem-macem. Tapi kalau kita pakai yang paling murah, yang dari plastik. Merknya munchkin. Harganya kurang lebih 150 ribu rupiah. Praktis dan sangat tidak makan tempat.
-talenan, pisau, dan wadah makanan yang bisa di bekal minimal 2, sendok bayi, botol dan dot untuk bekal minuman segar kemana saja.
-kanebo dan kantong plastik yang banyak. Kanebo saya gunakan untuk alas peralatan memasak dan makan setelah dicuci agar cepat kering dan tidak berantakan.
-bahan makanan yang tidak cepat busuk jika tidak disimpan di dalam kulkas. Seperti wortel, bawang, kacang hijau atau merah, beras, dan kentang. Lebih baik membawa kaldu (yg dibekukan terlebih dahulu dan disimpan di wadah anti bocor-tentu saja) ketimbang daging mentah. Kaldu beku telah melewati proses pematangan dan durasi masaknya jauh lebih cepat ketimbang daging mentah. Selalu buang sampah sisa makanan ke dalam kloset. Jangan buang di tempat sampah di dalam kamar karena bisa menimbulkan bau yang tidak sedap.



'Jangan Terlalu Kuatir'
Untuk mama yang bayinya masih berumur di bawah 6 bulan dan ASIX, sebelumnya aku sarankan tidak usah terlalu takut mengajak bayi untuk berjalan2 dan bertemu banyak orang. Aku lumayan telat ajak Lino traveling keluar kota karena aku terlalu kuatir Lino bakal rewel atau kecapean di jalan, dsb. Khawatir boleh saja, tp jika berlebihan seperti aku dulu ternyata merugikan banget. Selain itu, untuk ibu dan bayi ASIX lebih baik bawa selalu nursing apron kemana saja jika pergi keluar rumah. Sebelumnya, biasakan dulu si bayi menyusu di balik nursing apron Lino cenderung berontak jika harus menyusu di balik nursing apron. Kadang, jika Lino sangat haus dan tidak bisa mentolelir nursing apron, aku sengaja mencari kamar mandi perempuan yang bersih atau kounter-kounter yang shopkeeper nya tampak ramah untuk numpang menyusui.
Beberapa temanku punya cara lain untuk mengakali menyusui di depan umum, yaitu dengan memerah ASI dan menyimpannya di botol susu (dot) sebelum pergi. ASI yang baru diperah tahan hingga 4 jam di suhu ruangan. Aku pribadi selama ini lebih memilih menyusui langsung karena alasan lebih praktis dan pada awal Lino lahir, aku takut dia akan mengalami bingung puting. Tapi karena Lino tidak terbiasa dengan dot, di umur 8 bulanan dia sudah bisa minum langsung dari gelas pelan-pelan.
Ketika travelling jangan terlalu khawatir tentang hal-hal kecil. Jika rutinitas di rumah tidak bisa diaplikasikan dengan tertib juga tidak masalah asalkan jadwal makan yang tadinya 3 kali 1 hari tetap 3 kali 1 hari. Jangan lupa sediakan dan bawa selalu air mineral yang sumbernya terpercaya untuk diminum bayi supaya bayi tidak dehidrasi. Biskuit bayi atau buah juga selalu taruh di tas. Baju 1 pasang, popok, tisu basah untuk ganti popok dan untuk membasuh mulut dan tangan juga pastikan selalu ada di tas. Untuk mainan, bawa yang perlu dan yang penting saja. Saya pribadi lebih memilih yang multifungsi dan tidak berisik supaya tidak menganggu orang banyak. Lagipula, jika kegiatan sewaktu liburan padat, bayi tidak akan cepat bosan.

Selamat liburan bersama keluarga. Enjoy! :D

Studio Made Wianta

Saat kami sekeluarga berkunjung ke Bali, kami sempat bertamu ke studio/rumah Made Wianta.

Studio seniman lintas media kelahiran Tabanan, 65 tahun silam terletak di Denpasar. Beberapa karya instalasinya bersanding dengan lukisan-lukisan penuh detail menyambut kami masuk ke dalam bangunan yang rapih. Di sebelah kiri pintu masuk ada sebuah ruangan kecil untuk memajang beberapa karyanya. Dipisahkan dengan kaca, kami masuk ke ruangan semi outdoor, masih dikelilingi oleh karya 2 dimensi maupun 3 dimensi yang di display di seberang kolam renang.



Saya dan Lino di ruang display karya


Kunjungan singkat kami dijamu hangat oleh Made Wianta sendiri, sang istri, Bude Intan, dan Mbak Burat, anak Made Wianta. Ketika kami datang sudah hadir Pak Warih dari Bentara Budaya Bali dan beberapa koleganya. Sebelum makan siang, kami berkumpul di dapur sambil mengobrol singkat.



Lino dan Bude Intan, Lino dan Grenma (ki-ka)


Agung yang pameran tunggalnya baru saja di buka di Bentara Budaya Bali beberapa hari sebelumnya, diberi wejangan-wejangan berharga dari sang maestro Bali tersebut sambil melihat karya-karya di katalog Agung 'Natural Mystic'. Beliau menghadirkan pemikiran paradoks dari makna cetak grafis itu sendiri. Terutama di iklim seni rupa hari ini yang banyak mengedepankan kesenian-yang dengan bahasa saya- 'so called contemporary'.



Karya lama Made Wianta. Menurut beliau, karya Agung mengingatkannya dengan karya ini. Pseudo image and mystical things. Ink on paper.


Pada beberapa momen, beliau juga menekankan pentingnya dukungan keluarga dalam mendukung karier kesenimanan. Bukti bahwa dukungan sang istri sangat terlihat dari awal kariernya. Bude Intan menyimpan semua karya dan sketsa beliau. Dan di pisah per tahun dan per media. Namun sejak beberapa tahun lalu, pengarsipan sketsa dan karya-karya Made Wianta diserahkan kepada asistennya. Saya pribadi sangat salut dan kagum dengan ketekunan Bude Intan dalam mengorganisir pengarsipan semua sketsa-sketsa dan karya Made Wianta.



Lemari tempat penyimpanan karya Made Wianta. Terorganisir ditandai sejak tahun 1970an.



Made Wianta menjelaskan beberapa karya lamanya dan pengarsipan karya-karyanya dibantu oleh sang istri.


Disela-sela semua orang mengamati pengarsipan karyanya, Made Wianta menghampiri Agung sambil membawa sebuah gelas kertas yang sudah lecek dan terlipat menjadi 2 bagian. Dia mulai membukanya dan menunjukkan kepada Agung. Sambil menunjuk label berwarna hijau tua pada gelas yg terlipat tersebut, Ia berkata "Menurut saya ini adalah grafis. Ini cetak grafis.." lalu membuka lipatan gelas tersebut perlahan sambil mperlihatkan keseluruhan gelas tersebut kepada Agung. Hampir pada semua bidang putihnya terdapat goresan ballpoint khas nya. Lalu Ia melanjutkan "...ketika Saya menggambarkan ini disini, apakah ini masih cetak grafis?".



Made Wianta, Agung Prabowo, dan Lino